SETAPAK DEMI SAHABAT
Gelapnya malam semakin pekat. Bintang – bintang pun mulai bermunculan. Tapi permainan cahaya gemerlap lampu kendaraan seakan tak pernah padam. Suara tawa makin membahana menuju empat arah mata angin. Kehebohan tiada habis membuat sekeliling lupa akan permasalahan.
Kau adalah Sahabatku. Teman seperjuanganku dalam meniti realita kehidupan.
Tanpa kau, ku hanyalah seonggok daging yang siap dicerna dan di mangsa. Tak dapat di bayangkan apa yang terjadi bila menjalani hari seorang diri. Kita arungi bahtera kehidupan dengan gelak tawa. Tak jarang pula membasahi bumi dengan butir – butir air mata. Semua terasa hangat dan begitu sempurna.
Walau berbagai rintangan mencoba untuk datang menghadang. Ku tak ragu untuk melawan. Karena kupercaya bahwa kau selalu ada di setiap sisi untuk membantu melewati rintangan itu kawan.
Kau dan aku sama. Tapi tak serupa. Saudara tanpa darah yang membentuk ikatan keluarga. Puji syukur kupanjatkan karna telah bertemu denganmu. Kita saling mengisi satu sama lain. Bagai api dan asap yang sedang tersulut. Meski terkadang seperti air dan minyak yang sulit bersatu. Namun kau tetap mengaduknya. Mengaduk dan mengaduknya tanpa lelah hingga menyatu dengan kepaksaan.
Aku ingin melihat dunia ini bersamamu . Menembus cakrawala dunia dan menggaris bawahi setiap tapak kehidupan yang tampak dan terlewat dari segala sudut pandang. Meski harus sepertibabi ngepet yang menjalani malam hanya dengan sebatang lilin. Tapi kita tetap tertawa dan tertawa walau seberat apapun masalahnya. Terkadang ku ingin kita seperti Spongebob dan Patrick yang berusaha menyelesaikan masalah secara bersama walau dengan segala kekonyolan. Tanpa ada yang berusaha menggurui ataupun In Loco Parentis (Bertindak sebagai orangtua ).
Banyak orang berkata “ Kita begini tuch sharing-sharing aja, gw seneng koq saling berbagi pengalaman “. Mungkin ada benarnya maksud perkataan itu. Namun sharing itu hanyalah sebuah media perantara serta sugesti pikiran. Jika tak terjalin komunikasi dua arah meski betapa lama dan banyaknya kau sharing. Tapi hanya akan sekian persen yang kau dengarkan dan tak menggoyahkan argumenmu. Mungkin akan sama saja kau berbicara dengan tembok.
Seringkali kau menyuruh temanmu untuk memperbaiki diri ataupun menghargai orang lain. Tapi itu butuh waktu. Tak usah setiap saat kau katakan itu. Ibarat kau seperti Sales Asuransi yang menawarkan polis asuransi jiwa dengan berkata “ Jadi seandainya anda meninggal, keluarga anda akan mendapat santunan “. Jika menggunakan bahasa kasarnya mungkin, “ kau yang menderita dalam berusaha. Sedangkan orang lain yang menikmatinya “. Kau pasti paham akan maksudnya. Tak perlu di jelaskan pun, kau bisa menangkap arti kalimat itu.
Apa yang menjadi kekuatan utama bagi makhluk bernama manusia saat ini ?.
Uang , uang dan uang. Fakta berbicara bahwa tak ada yang bisa mengelak kehadiran akan barang kebutuhan paling dicari di abad millenium ini. Tapi jangan mau kau diperbudak dengan barang buatan sesama itu. Manfaatkanlah karunia Tuhan yang paling mendasar untuk menggapai arah tujuan.
Lalu apa kekuatan utama manusia yang sebenarnya ?.
Ucapan dan pikiran. Mulutmu pedangmu. Pikiranmu duniamu.
Kedewasaan membuat kita lupa diri dan egoistis serta tak terlalu peduli dengan keadaan sekitarmu. Jangan biarkan kedewasaan itu menyita seluruh ragamu untuk kembali ke jiwa kekanak-kanakanmu. Toh, sifat kekanak-kanakan itulah yang mungkin disenangi orang lain dan dapat menenangkan prilaku radikal individualismu. Berdiam dirilah dan tahan beberapa kesimpulan yang kau pikirkan. Karna diam itu menunda. Menunggu berbagai pilihan yang tersedia hingga mengerucut menjadi beberapa yang terbaik.
Pintar-pintarlah dalam membagi waktu. Jangan sampai kawanmu berpikir “punya teman baru, teman lama dilupakan”. Putuskan mana yang terbaik dan harus didahulukan. Gunakan waktu yang tepat untuk menjelaskan. Hilangkan keraguan saat bertindak dan berucap. Berikan alasan terlogis supaya temanmu percaya. Tunjukkan rasa kepedulianmu padanya. Singkirkan pula arah pembahasan yang mungkin dapat memecah belah kehangatan suasana.Dengar dan simpulkan arah pembicaraannya. Hindari tanya jawab yang terlampau banyak. Karna mungkin dengan begitulah, kau akan mengetahui delapan puluh persen karakter sahabatmu.
Ada kalanya kita beradu argumen hingga terbawa emosi. Ada kalanya pula kita meributkan suatu hal sepele hingga saling menjauh. Mengalahlah demi sahabatmu. Mengalah bukan berarti kalah. Mengalah untuk sesuatu yang patut diperjuangkan juga merupakan kemenangan. Kemenangan batin dalam menenangkan hati yang tersulut. Tak ada salahnya kau mengalah untuk menjaga tali yang telah lama kau genggam.
Berpikirlah positive tentang temanmu, bulatkan tekad akan komitmen fiksi yang kau buat bersama. Setiap insan memiliki persepsi yang berbeda. Pandangan dan pola hidup yang sangat beragam. Dengarkanlah sedikit rasa sensitive kepedulianmu. Jika suatu kali kau merasa diatas. Pandanglah mereka yang berada dibawah. Dan apabila kau merasa di bawah. Pandanglah mereka yang ada diatas. Mungkin dia bukan sombong. Tapi minder , malu dan menyimpan rahasia di balik rahasia. Gunakan asumsimu untuk mengingat siluet sahabatmu. Mungkin pula kau culas tak peduli akan gerak tubuh dan mimik seseorang yang tersinggung atas ucapanmu
Tak bisa dielakkan, kehadiran teman-teman baru membuat diri lupa akan asal dimana raga berada. Tapi ketahuilah, kubukan kacang yang lupa pada kulitnya. Jika memang kau merasa ku bersikap demikian. Tolong sadarkanlah aku. Bukan keadaan yang membuatku demikian. Tapi, diri sendirilah yang membuat keadaan tersebut. Hal itu seringkali muncul apabila kau dihadapkan pada beberapa pilihan. Pilihan yang membuat kau untuk mengambil kesimpulan yang dipaksakan. Pilihan yang menuntun kearah masa depan yang bersinar. Namun, terkadang membutuhkan pengorbanan. Pengorbanan akan sesuatu untuk menuju hasil yang membanggakan.
Kelelahan membuat seseorang menjadi brutal dan egois tanpa terkendali. Kurangi rasa temperamentalmu dan hindari sikap untuk melawan emosi dengan emosi. Dinginkanlah dengan senyuman, tenangkanlah dengan kesejukan. Jangan jadikan itu sebagai suatu alasan untuk saling mendendam dan menyakiti. Tapi buatlah itu menjadi suatu jalan agar kita dapat saling mengerti.
Tanpa disadari, mungkin karakter dalam diri seorang akan berubah. Sehingga, pelan tapi pasti. Presentase jalan pemikiran temanmu memudar sedikit demi sedikit. Hingga akhirnya hilang tak berbekas sama sekali.
Ku tak ingin itu terjadi. Bila itu memang rahasia. Kuncilah rapat-rapat pembicaraan itu. Karna manusia selalu ingin tahu dan ikut campur akan apa yang terjadi. Namun, bila akhirnya ku tahu entah darimana atau berdasarkan asumsi sendiri. Dan tanpa kau ketahui, ikut campur atas apa yang terjadi. Tolong maafkanlah. Mungkin apa yang kuperbuat itu salah dalam pandanganmu. Tapi percayalah, bahwa itu berlaku positive dan berniat baik untukmu. Tiada yang ingin melihat sahabatnya sendiri terpuruk dan hancur dalam lembah kenistaan terlalu lama. Setidaknya, hal itu dapat mengetuk sedikit pintu hatimu untuk menoleh padaku.
Terkadang mungkin kau sering merasa tidak enakan. Hal seperti itu suatu kali harus di hindari, tapi jangan pernah kau hilangkan. Karakter setiap orang itu berbeda, tapi tunjukkan karakter umum jika kau bertemu dengan orang lain yang belum terlalu mengenal karakter dirimu.
Terkadang pula kau bimbang kemana harus melangkah. Melangkahlah sesuka hatimu dengan penuh keyakinan. Tak usah terlalu kau pikirkan dan pedulikan apa yang akan terjadi nanti. Segala sesuatu itu pasti ada resikonya. Maka, biarkanlah sayapmu berkembang dengan mantap. Jangan ragu untuk terbang dan menoleh kebelakang. Karna, disitulah aku berada kawan. Selalu siap kapanpun dan dimanapun kau membutuhkanku. Selalu akan membangkitkanmu kembali sebelum kau terjatuh.
Terbanglah setinggi-tingginya kawan. Kepakkan sayapmu dengan bebas menuju masa depan yang kau impikan. Meski terhadang awan yang menghadang dan hanya seberkas sinar harapan yang terlihat. Yakinlah bahwa engkau bisa meraih secercah harapan itu. Karna, yang bisa dilakukan makhluk bernama manusia terhadap mimpi dan harapannya hanyalah mencoba dan mempercayainya saja.
Apa kesukaanmu? Kau suka, aku suka. Kau tak suka, akupun tak suka. Itu adalah komitmen fiksi akan janji yang tak tertulis. Susah senang bersama. Suka duka berbagi. Bangkit dan terjatuh kita kembali. Jika diibaratkan, kita itu seperti dua sisi keping mata uang. Sama, namun berlainan. Kau pendiam, aku periang. Kau suka kesunyian, aku dengan keramaian. Kau berpikir realita, sedangkan aku berimajinasi. Namun, kita punya suatu persamaan. Karna, dengan persamaan itulah yang akan menutupi celah-celah perbedaan diantara kita.
Kelompok bukan membuat perbedaan dalam suatu ikatan. Kelompok hanya mempermudah konektivitas antar sesama. Untuk maju bereksistensi dalam meraih satu tujuan yang sama. Jangan sampai temanmu beranggapan bahwa kau hanya bumbu tak sedap dalam ikatan. Cobalah untuk mengunci rapat beban pikiranmu dan selalu tersenyum disetiap saat kau datang. Untuk kau tahu, tali ikatan akan lebih kuat dan sulit untuk dilepaskan dibandingkan dengan tali dalam kelompok. Maka, Kurangilah percakapan yang mengarah kekelompok dalam suatu ikatan. Untuk menjaga disintegrasi dan menghindari hal-hal yang memecah belah persatuan ikatan.
Kesepian ditengah keramaian membuat raga menjadi asing dan bingung. Tak mengerti kemanakah arah pembicaraan itu mengalir. Bingung dalam menentukan sikap dan berkata. Rasa ingin cepat pulang karna perasaan tak nyaman dalam bertindak. Hingga akhirnya, hanya bisa diam, diam, dan terdiam tanpa banyak bicara. Membuat sekitar menjadi hambar dan mengganggapmu seperti lukisan yang hanya dapat menatap dan melihat. Janganlah kau bosan dengan paradigma yang seperti itu. Suatu saat kelak, tempat itulah yang akan mengangkat dan menggendongmu diwaktu kau memikul beban yang berat.
Tidurlah kawan. Tidurlah dengan senyum akan hari indah bersama. Mari kita songsong hari esok dengan penuh semangat. Tutupi semua kebencian yang ada dalam pikiranmu. Kubur dan kunci rapat-rapat dalam loker nan bersekat. Hingga dapat di buka kembali untuk menjadi hikmah di kemudian hari. Karna, tidur merupakan obat yang ampuh untuk mengangkat sedikit beban yang terpatri dipundak dan salah satu cara untuk menjadi individu yang lebih baik lagi.
Ketahuilah pula , kawan. Daun yang jatuh tak pernah membenci angin… Dia membiarkan dirinya jatuh begitu saja. Tak melawan. Mengikhlaskan semuanya. Kau telah lebih dari dewasa untuk memahami kalimat itu.. Tidak sekarang, esok lusa kau akan tahu artinya… Dan saat kau mengerti akan maksudnya, Semua ini akan terlihat berbeda.
Jangan pernah kau ragukan kesetiaanku? Namun seringkali, akulah yang meragukan itu. Apakah kau tak senang akan keberadaanku? Atau kau hanya menganggapku seperti seorang anak kecil. Anak kecil yang tak pernah bisa memahami apa yang sebenarnya terjadi? Dan seringkali ku bertanya, apa yang kau pikirkan dalam benakmu, tentangku?
Aku mengerti kawan, aku dapat menyimpulkan setiap pembicaraan yang keluar. Aku telah berkembang layaknya tumbuhan yang tak kau siram. Aku bukan patung yang hanya bisa terdiam. Aku juga bukan lukisan yang hanya bisa melihat? Aku sama sepertimu. Hanya saja, aku ingin menunjukkan sesuatu yang membuat kau menoleh. Sesuatu yang menyakinkanmu bahwa aku ini. Ada.
Aku akan selalu menjadi kawanmu. Selalu dan selalu. Janji tak tertulis yang ku buat selama aku bersama dan mengenal dirimu.
Inilah tonggak yang akan selalu kupegang. Tonggak yang selalu kujaga hingga akhir. Walau banyak cobaan yang datang menerpa. Tetap ku akan berusaha menahannya. Namun, aku tak kuasa untuk menahannya sendiri. Aku butuh kau di sampingku kawan. Menerpa dan menahan setiap beban yang datang. Melawan rasa takut akan segala mimpi buruk yang mungkin menghancurkan. Menghancurkan tonggak persahabatan yang sejak lama kita tanam.
Suatu saat kelak, kita dapat menggenggam kemudi hidup ini bersama. Merajut mimpi dengan penuh keyakinan. Serta mengisi harapan kosong yang terombang-ambing sedikit demi sedikit. Bimbinglah aku kawan. Tuntun aku ke arah yang lebih baik. Meski harus mengais dengan peluh dan nestapa hanya untuk setapak impian. Jangan pernah kau menyerah. Karna, aku mau berjuang untuk mengambil setapak demi setapak itu denganmu. Sahabat.
End.